Oleh: Truly Almendo Pasaribu
Seperti penulis lain, Priska ingin menghasilkan karya tulisan yang hebat! Priska duduk manis menghadap komputer dan menunggu jari-jarinya menari ajaib di atas papan ketik. Dia heran mengapa keajaiban itu tidak kunjung datang. Setelah lewat beberapa menit, dia menyerah dalam pergulatan dengan pikirannya sendiri. Dia pun tergoda untuk menelepon teman, menonton televisi, menyapu ruangan, mencuci baju, menguras bak mandi, dan melakukan apa saja yang tidak berhubungan dengan menulis. Dia tampak lega ketika berhasil menyelamatkan diri dari arena tulis-menulis yang menyebalkan!
Menyebalkan?
Ini masalahnya. Pertalian paradigma bahwa menulis itu menyebalkan perlu dirombak total. Proses tulis-menulis akan berlangsung dengan efektif jika kita menganggap menulis sebagai kegiatan yang menyenangkan. Anggapan awal kita tentang proses menulis merupakan tenaga yang membakar hasrat diri untuk terus mencipta.
Menyenangkan?
Beberapa penulis, seperti Andrea Hirata atau Raditya Dika menulis demi kepuasan pribadi. Beberapa karya mereka ternyata sangat laris terjual. Ada juga beberapa penulis yang berniat memublikasikan tulisannya dan ditolak. Akan tetapi, mereka tidak berhenti menulis karena terlanjur jatuh cinta dengan aktivitas menulis ini. Tulisan mereka memang gagal dipublikasikan, tetapi mereka tidaklah gagal. Hernowo, penulis buku “Mengikat Makna”, mengatakan bahwa menulis dapat mengantarkan kita menuju kebahagiaan hidup. Ada tiga kebahagiaan yang ditawarkan oleh proses menulis:
1. Menulis untuk Mengenali Diri Sendiri
Kita dapat mengabadikan harta perjalanan hidup kita dalam tulisan. Kita bisa mulai menulis tentang tetesan embun, keindahan pemandangan kota, sahabat, dan banyak hal-hal menarik lainnya. Tidak hanya itu, Anda juga bisa memotret hal-hal yang sifatnya abstrak. Lampiaskanlah pesona perasaan atau emosi yang sedang bergejolak dengan menulis. Mengapa? Menurut pakar psikologi Amerika Serikat, Dr. James W. Panebaker, mencurahkan seluruh isi hati dengan menulis dapat memberikan pengaruh positif pada perasaan, pikiran dan juga berfungsi sebagai terapi jiwa. Apa yang membuat Anda senang? Apa yang membuat Anda gusar? Mengapa Anda gusar atau mengapa Anda senang? Pertanyaan-pertanyaan tersebut memaksa Anda untuk berpikir dan membantu Anda memahami keberadaan diri Anda dengan lebih baik.
Mulailah dengan sebuah jurnal. Karena rajin menulis perjalanan spiritual mereka dalam jurnal, nama-nama besar seperti Mahatma Gandhi, Ernest Hemingway, Ernesto Che Guevara begitu populer dan dipuja dunia. Begitu pula di Indonesia, kita mengenal sosok Soe Hok Gie lewat “Catatan Seorang Demonstran” yang begitu menggugah. Kegiatan menulis jurnal itu menyenangkan, mudah, dan sederhana karena berisi curahan hati tentang realitas sosial dan pengalaman pribadi. Tulis, tulis, dan tulis apa pun tentang diri Anda! Hanyutkan diri Anda dalam proses penulisan dan pengembangan ide dari refleksi pribadi Anda. Semakin banyak Anda menulis, semakin Anda mengetahui mimpi, pemikiran, keinginan, dan impian Anda.
2. Menulis untuk “Berbicara” kepada Publik
Proses menulis memberikan kepuasan bagi penulis karena tulisan merupakan alat komunikasi yang teramat berharga. Penulis dapat mengekspresikan aspek-aspek pemikirannya terhadap lingkungan sosial melalui kata-katanya. Penyair William Stafford mengatakan bahwa seorang penulis bukan hanya seorang yang mengatakan sesuatu, tetapi dia juga orang yang tahu cara untuk mengatakannya. Proses menulis tidak hanya berhubungan dengan diri penulis sendiri, tetapi sebuah tulisan juga menjalin pertalian dengan banyak orang di sekitarnya. Bayangkan, lewat satu artikel saja, penulis bisa menjangkau ribuan orang. Bahkan, sebuah kalimat saja mungkin bisa menginspirasi kehidupan seseorang.
Bayangkan, lewat satu artikel saja, penulis bisa menjangkau ribuan orang. Bahkan sebuah kalimat saja mungkin bisa menginspirasi kehidupan seseorang.
Penulis adalah saksi zaman yang mencatat kenyataan di sekelilingya. Dia perlu menjadi pengamat yang peka saat melakukan seleksi, analisis, dan penilaian dalam tulisan-tulisannya. Seperti para seniman lainnya, para penulis juga mengangkat pertanyaan-pertanyaan untuk membuat publik merenung. Tidak jarang juga penulis menyumbangkan ide-ide yang bermanfaat bagi lingkungannya. Sungguh mengasyikkan sekali, dengan menulis kita terlibat dalam gerak komunikasi di lingkungan sekitar, di seantero dunia yang luas ini!
3. Menulis untuk Mengasah Kreativitas
Ide-ide kreatif muncul seperti api yang melahap sumbu kembang api; kemudian, luapan kegembiraan pun mengikutinya seperti percikan cahaya yang menghiasi kegelapan malam. Demikian halnya dalam ranah tulis-menulis, kesenangan mengikuti proses menciptakan ide-ide kreatif.
Berpikir kreatif berarti berani menciptakan sesuatu yang belum pernah dibuat sebelumnya dengan mengerahkan kekuatan daya imajinasi kita. Proses menciptakan sesuatu berarti melontarkan pertanyaan-pertanyaan, menyelami keraguan dan akhirnya menemukan pemecahan yang kreatif. Aktivitas menulis mendorong kita untuk berpikir kreatif dalam menjawab pertanyaan dan menemukan pertanyaan baru untuk ditanyakan. Dengan membiasakan diri berkecimpung dalam dunia ini, penulis pun akan terbiasa menikmati saat-saat bermain dengan huruf yang menciptakan kata, kata yang menciptakan kalimat, kalimat yang menciptakan paragraf, dan paragraf yang menciptakan makna.
Teruslah berkarya karena menulis memberikan kepuasan dan kesenangan di mana saja dan kapan saja. Michael Crichton mengatakan bahwa, “Sebuah karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya. Jika Anda berhasil, teruslah berkarya. Jika Anda gagal, teruslah berkarya. Jika Anda tertarik (untuk menulis), teruslah berkarya. Jika Anda bosan, teruslah berkarya.”
Akhir kata, menulislah! Berkaryalah!