TIDAK MELAYANI ORANG RUWET: BEKERJA HARUS BAHAGIA HIDUP JADI BERMAKNA



BEKERJA HARUS BAHAGIA HIDUP JADI BERMAKNA

Bekerja itu harus bahagia. Kenapa? Karena pekerjaan adalah sesuatu yang akan menghabiskan sebagian besar umur kita. Sungguh celaka jika manusia tidak bisa menemukan kebahagiaan di dalamnya. Waktu kita terlalu singkat untuk dihabiskan tanpa rasa syukur dan antusiasme.

Pagi ini, ide menulis kembali mengetuk. Inspirasi muncul begitu saja, terpicu oleh fenomena kecil yang saya jumpai saat mampir andok di warkop langganan, Karmen Surabaya. Seperti biasa, warkop ini penuh dengan dinamika kecil kehidupan yang seringkali memberi pelajaran besar.

Di salah satu sudut, seorang ojek online duduk dengan rapi mengenakan kostum hijau-hitam kebesarannya. Ia tampak siap menerima orderan kapan saja. Sembari menunggu akunnya berbunyi, ia memesan segelas kopi kepada bartender warkop. “Mas bro, kopi!” katanya santai. Dengan sigap, penjaga warkop langsung mengaduk kopi panas dan menyerahkannya, “Monggo, mas e!”

Melihat interaksi itu, saya menyadari satu hal: mereka berdua, si ojek online dan bartender warkop, sedang bekerja dengan bahagia. Mereka tidak berteriak kepada saya, “Lihat, kami bahagia!” Tapi, dari gestur sederhana yang mereka tunjukkan—cara mereka berbicara, tersenyum, dan menjalani rutinitas—semua itu sudah lebih dari cukup untuk menyampaikan pesan kebahagiaan.

Baca juga: Ketika Ijazah Tersandera oleh Sekolah

Dari sini, saya teringat satu prinsip sederhana yang selalu saya pegang: Bekerjalah dengan hati, maka kebahagiaan akan mengikuti. Saya tidak peduli apakah sebuah profesi terlihat mentereng atau tidak di mata orang lain. Bagi saya, yang lebih penting adalah bagaimana setiap orang menjalankan pekerjaannya dengan rasa syukur dan antusiasme. Hal ini Mister AAS lakukan saat berjualan Mister Kentang Kriwul, juga melayani pelanggan Nasi Goreng Mbah Joyo, atau kini saat menjalani profesi sebagai pendidik di kampus ITB Yadika Pasuruan. Itu yang membedakan pekerjaan sebagai beban atau justru sebagai sumber kebahagiaan.

Keyakinan ini bukan sekadar teori. Saya percaya, seperti si ojek online dan bartender warkop tadi, siapa pun yang bekerja dengan hati akan mampu menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Mereka tidak butuh sorotan, tidak perlu tepuk tangan. Kebahagiaan mereka berasal dari dalam, dari cara mereka menghargai pekerjaan mereka sendiri.

Momen kecil ini kembali mengingatkan saya: kebahagiaan dalam bekerja bukan soal besar kecilnya profesi, melainkan soal bagaimana kita menjalaninya. Seperti yang pernah dikatakan Albert Schweitzer, “Sukses bukan kunci kebahagiaan. Kebahagiaan adalah kunci sukses. Jika Anda mencintai apa yang Anda lakukan, Anda akan sukses.”

Jadi, mari bekerja dengan bahagia. Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan mengeluh. Apapun pekerjaan kita, besar atau kecil, mentereng atau sederhana, jalani dengan hati. Karena saat kita bahagia, pekerjaan bukan lagi sekadar rutinitas—melainkan jalan untuk menemukan makna hidup.

AAS, 24 Januari 2025
Warkop Langganan Karmen Surabaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *